TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Berpisah {4}



Berpisah {4}

0 Liu Anqier memacu kudanya dengan begitu kencang. Butuh waktu dua malam untuk dia bisa kembali pada hutan persik yang sangat luas dan lebat itu. langkah kudanya kini tampak memelan, pandangan Liu Anqier tak bisa lepas dari apa yang dia lihat di depan sana. Ya, hutan persik yang membuatnya begitu pedih dan perih. Hutan persik yang selalu membuatnya menjadi hancur-sehancur-hancurnya. Bagaimana dia akan mengatakan sesuatu yang indah, jika yang indah telah hilang dari dalam dirinya. Dia sudah tidak memiliki apa pun lagi, selain sebuah cinta yang kini telah gugur dengan cara yang mengerikan. Cintanya telah mengering, seperti pohon persik yang kini sudah nyaris mati, cintanya telah pudar, seperti kelopak persik yang kini tampak mengerikan. Untuk kemudian, Liu Anqier memutuskan untuk melaju ke lain arah. Dia ingin pergi ke kediaman lamanya dulu, dia ingin mengambil sesuatu di sana. Setelah melewati beberapa padang rumput dan hutan yang lumayan lebar, dia pun akhirnya sampai di kediamannya. Yang kini sudah seperti rumah tua yang tak berpenghuni. Bagaimana tidak, rumah itu sudah mulai lapuk, kayu-kayunya sudah tak setua dulu. Tumbuhan liar merambat pada dinding serta tiang-tiangnya. Liu Anqier tampak tersenyum getir, andai saja tidak ada Raja Han. Pastilah dia akan menghabiskan seluruh hidupnya di sini. Di tempat yang memiliki banyak kenangan indah dia juga orangtuanya. Tempat di mana dia menghabiskan masa kecilnya yang indah dengan mendiang ayahnya. Liu Anqier tampak menitikan air mata, lalu dia turun dari kudanya, memandang halaman yang luas, hingga dia tersenyum, berjalan cepat menuju pohon persik miliknya kemudian dia berdiri di bawah sana. Liu Anqier kembali memandang pohon persik yang tampak mengering itu. sekarang dia tahu, ya… dia tahu semuanya. Pohon persik ini sama saja dengan pohon persik yang ada di tempat Chen Liao Xuan. Sebab bukan hanya sekali kebetulan itu terjadi, kebetulan itu terjadi berkali-kali. Dan dia tahu, kenapa pohon persiknya waktu itu berbunga dengan begitu lebat. Karena hatinya saat itu sedang merasa bahagia, hatinya sedang jatuh cinta. Ibarat sebuah pohon, hatinya sedang mekar dan berbunga-bunga. Itulah kenapa bunganya di pohon ini berbunga begitu lebat dan indah. Dan sekarang saat dia sedang hancur, pohon ini pun mati dengan sendirinya. Dan pantas saja pohon persiknya dulu tidak pernah berbunga, karena dia tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Liu Anqier lantas mematahkan satu ranting yang ada di sana, kemudian dia memandang ranting itu. menyimpannya di balik pakaiannya, sebab dia ingin menanamnya di tempat dia akan tinggal untuk setelah ini. agar setidaknya dia tahu bagaimana kondisi hatinya, agar setidaknya dia tahu apa yang diinginkan hatinya. Dan yang lebih dari itu adalah, agar setidaknya dia tahu apa yang terjadi kepada Chen Liao Xuan. Bagaimana perasaannya, dan bagaimana hatinya setelah dia berpisah lama darinya. Ya, Liu Anqier hanya menginginkan itu. dan doa terbaik selalu dia panjatkan untuk Chen Liao Xuan di mana pun dia berada.     
0

Untuk kemudian, Liu Anqier menghela napas panjang, kemudian dia memutuskan untuk kembali menunggangi kudanya. Melajukan kudanya dengan kekuatan penuh untuk kembali ke hutan persik yang lebat itu. dia sudah rindu dengan ibunya, dia sudah rindu dengan Yang Si Qi. Dia benar-benar rindu mereka, dan dia ingin mengajak mereka segera pergi dari tempat persembunyian untuk membangun sebuah hunian di alam siluman rubah. Dengan seperti itu hidup mereka akan benar-benar aman. Mereka tidak akan takut lagi dikejar-kejar oleh semua orang, hidup bersembunyi dengan cara yang mengerikan seperti ini. Liu Anqier benar-benar tidak mau kalau sampai hidupnya akan menjadi sangat hancur dan sangat menderita jika Chen Liao Xuan atau Raja Han masih saja terus mencarinya di mana pun itu.     

Setelah hampir sepuluh menit perjalanan dengan begitu cepat, Liu Anqier kembali ke hutan persik itu lagi. Dia kembali melajukan kudanya dengan kencang hingga dia sampai di hutan pinus dan bertemu dengan Ibu serta Yang Si Qi. Bukan apa-apa, lama-lama di huan persik agaknya membuatnya takut bertemu dengan sosok iblis yang ada di sana. Meski Wu Chong Ye sudah mati, tapi tetap saja rasa takut kepada para iblis telah meluluh lantahkan hatinya dengan begitu nyata.     

Tapi, dia juga rindu… rindu dengan Lee Huanran, rindu dengan Jiang Kang Hua, dia juga rindu dengan Yang Ming Yu. Sosok-sosok yang meski pun dari bangsa iblis tapi mereka baik luar biasa kepadanya. Setelah Liu Anqier sampai di hutan pinus, dia kemudian berjalan menuju pondok mendiang ayahnya yang dulu. Dia memejamkan matanya sejenak kemudian mengusap ramuan di matanya. Tak berapa lama, sebuah pondok itu terlihat dengan sangat jelas, dengan cepat Liu Anqier bergegas mengikat tali kudanya di pagar, kemudian dia bergegas masuk ke dalam pondok itu.     

"Ibu! Si Qi! Aku kembali! Kalian ada di mana?!" teriak Liu Anqier. dia melepaskan sepatunya yang bahkan bagian ujungnya sudah sobek itu, yang membuat jempol kakinya terlihat sempurna. Benar, dia memang mengambil pakaian baru milik Sisi. Namun nyatanya dia lupa untuk meminta sepasang sepatu baru juga. sehingga sepatu yang sedari dia melawan Wu Chong Ye masih dia pakai sampai detik ini.     

Liu Anqier kembali menebarkan pandangannya, masuk ke dalam ponsok dan melihat di setiap sudut ruangan. Ruangannya masih sama, hanya sedikit lebih lebar. Karena di ruangan ini disekat menjadi tiga bagian. Bagian kana nada sebuah ruangan yang digunakan untuk ibunya dan Yang Si Qi tidur, dengan ruangan yang lebih luas dari dulu, kemudian setelah pintu ada ruang tengah yang luas, sebuah meja berbentuk segi empat ada di sana dengan sangat nyata. mungkin meja ini digunakan untuk makan dan menjamu tamu yang akan datang. Padahal jelas, tidak akan ada tamu yang datang mengunjungi pondok yang bahkan tidak bisa dilihat oleh siapa pun di sini.     

Untuk kemudian di sisi lainnya, ada beberapa tumpukan pakaian dan lain sebagainya, mungkin digunakan sebagai ruangan serba guna atau malah gudang, dan yang sisi lainnya sebuah tempat mandi tersedia dengan sangat bagus. Jauh lebih rapi dan tertutup dari pada sebelumnya. Liu Anqier kembali menebarkan pandangannya, di mana gerangan ibunya dan sahabatnya berada? Kenapa kedua wanita itu benar-benar tidak ada di mana pun? Liu Anqier agaknya heran, apakah mereka berdua sedang berada di luar? Sedang mencari sesuatu atau yang lainnya?     

Tak lama setelah itu, telinga Liu Anqier menangkap sesuatu, saat dia menoleh rupanya Yang Si Qi beserta ibunya baru saja kembali sambil membawa dua keranjang besar berupa buah-buahan dan sayur mayur di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.